Cerita Singkat Perjalanan Pemilik Jabarano Coffee

Buat warga Jawa Barat atau siapa pun yang sering main ke Bandung, nama Jabarano Coffee pasti sudah familiar. Popularitasnya makin meroket sejak mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, beberapa kali terekam sedang melayani pelanggan di sana. Banyak yang sampai mengira Jabarano adalah kafe milik Emil. Padahal, di balik kesuksesan brand ini ada sosok anak muda berusia 33 tahun yang kerja keras membangunnya dari nol: Arnold Dharmma.

Perjalanan Arnold jauh dari mulus. Setelah lulus dari NHI, ia memulai karier di dunia kuliner dari posisi terbawah hingga akhirnya berhasil menjadi General Manager di Upnormal. Sayangnya, pandemi membuatnya terkena PHK. Dengan modal pesangon yang pas-pasan, Arnold mencoba berbagai usaha rumahan, dari jualan ayam asap yang produksinya seminggu bisa naik dari 6 ekor jadi 100 ekor, sampai bisnis pakaian. Semua dikerjakan dari garasi rumah, sampai akhirnya ia kelelahan dan harus menghentikannya.

Tapi kecintaan Arnold pada dunia F&B nggak pernah padam. Ia terus mencoba sampai akhirnya dapat kesempatan mengelola sebidang tanah milik juragan beras di Kabupaten Bandung, yang kemudian ia sulap jadi kafe. Dari situlah jalannya ketemu. Pada tahun 2022, seorang teman mengenalkannya dengan Ridwan Kamil. Emil memberi beberapa syarat, seperti melibatkan UMKM lokal dan harus bisa ekspansi ke luar negeri. Arnold mengiyakan semuanya.

Hasilnya? Jabarano berkembang cepat. Mereka buka beberapa cabang di Bandung, Braga, Laswi, Pahlawan, dan bersiap ekspansi ke Bali, Jakarta, Korea Selatan, bahkan beberapa negara lain di tahun 2025. Produksi kopinya pun sekarang sudah tembus 1,2 ton per bulan. Ditambah lagi, Emil bersedia jadi brand ambassador, dan video mereka pun viral di media sosial. Dari garasi rumah sampai bersiap mendunia, Jabarano Coffee adalah bukti kalau mimpi besar bisa berawal dari tempat yang kecil. Asal dikerjakan dengan hati dan kegigihan.

House Blend: Cara Jabarano Hadirkan Cita Rasa Kopi yang Konsisten dan Kolaboratif

Salah satu hal yang membuat Jabarano Coffee berbeda adalah keputusan mereka untuk mengedepankan house blend, bukan single origin seperti banyak kedai kopi lainnya. Menurut Arnold Dharmma, sang founder, pilihan ini bukan tanpa alasan. Dengan menggunakan house blend, Jabarano bisa lebih fleksibel dalam pengadaan bahan baku, tanpa harus bergantung pada satu varietas atau satu daerah tertentu. Pendekatan ini juga membuat proses produksi jauh lebih stabil, terutama dalam menghadapi pasokan kopi yang bisa berubah karena musim.

Namun bukan hanya soal konsistensi. Konsep house blend ini sekaligus membuka jalan bagi Jabarano untuk berkolaborasi dengan lebih banyak petani kopi dari berbagai wilayah. Arnold ingin memberi ruang bagi para petani, termasuk yang masih belajar menanam kopi, supaya bisa menyalurkan hasil panen mereka. “Satu karena untuk ngamanin suplai kita. Kedua, kita bisa kolaborasi dengan banyak pihak. Buat yang masih belajar menanam kopi, si kopinya bisa kita ambil. Saling menguntungkan di situ,” ujarnya. Dengan pendekatan ini, Jabarano bukan hanya membangun bisnis, tetapi juga membangun ekosistem kopi yang sehat dan saling mendukung.

Saat ini Jabarano punya tiga blend andalan: Surili, Merak, dan Nusantara. Masing-masing punya karakter unik yang menggambarkan kekayaan cita rasa kopi Indonesia. Surili merupakan perpaduan 60% arabika Jawa Barat dan 40% robusta, memberikan rasa yang seimbang dan mudah dinikmati banyak orang. Merak menjadi andalan arabika terbaik Jawa Barat yang menawarkan karakter rasa lebih refined. Sementara Nusantara memadukan arabika Jawa Barat dengan kopi Sumatera, menghasilkan profil rasa yang lebih kompleks dan bold—disesuaikan dengan musim dan ketersediaan biji.

Semua proses roasting dilakukan langsung di fasilitas Jabarano di Dago, Bandung. Dari sana, kopi-kopi ini kemudian dikirim ke berbagai gerai yang tersebar di Jawa Barat. Wilayah suplai biji kopi mereka pun luas, mulai dari Pangalengan, Garut, Sumedang, Malabar, Gunung Halu, hingga Kuningan. Dengan jaringan pemasok yang kuat dan filosofi house blend yang matang, Jabarano berhasil menghadirkan kopi dengan rasa khas, konsisten, dan tetap menggandeng banyak pihak dalam perjalanan bisnisnya.

Pendekatan ini menunjukkan satu hal: bagi Jabarano, kopi bukan hanya soal rasa, tetapi juga kolaborasi, keberlanjutan, dan kesempatan bagi banyak orang untuk tumbuh bersama.

Cerita Jabarano Bangun Kafe 500m² Cuma dalam Satu Bulan Berkat Aplikasi AMODA

Siapa sangka, kafe Jabarano yang luasnya 500 m² bisa selesai dibangun dalam waktu hanya satu bulan? Kecepatan ini tentu bukan kebetulan. Di balik proses konstruksi yang super gesit, ada teknologi yang bekerja di belakang layar, yaitu Aplikasi AMODA, khususnya fitur AMODA for Builders.

Bagi Jabarano yang sedang ekspansi besar, keterlambatan sedikit saja bisa menghambat banyak hal. Karena itu, mereka butuh sistem yang bisa kasih real-time control atas proses pembangunan. Di sinilah AMODA masuk sebagai solusi. Lewat AMODA for Builders, tim Jabarano bisa memantau semuanya dari satu aplikasi dengan mudah:

• Progres konstruksi hari demi hari

• Alokasi biaya yang lebih transparan dan terstruktur

• Material apa saja yang dipakai

• Estimasi penyelesaian proyek yang terus diperbarui

  
  

Semua informasi tercatat rapih, jelas, dan bisa diakses kapan pun tanpa harus bolak-balik turun langsung ke lapangan. Hasilnya? Pembangunan jadi lebih efisien, tidak ada miskomunikasi, tidak ada pekerjaan yang tertunda, dan semuanya berjalan sesuai timeline.

Inilah yang membuat pembangunan kafe Jabarano bisa sat-set tanpa drama dan hasil akhirnya juga tetap rapi, presisi, dan secakep itu. Kolaborasi antara visi Jabarano dan teknologi AMODA membuktikan bahwa konstruksi besar tidak harus selalu lama dan ribet, asal prosesnya ditunjang tools yang tepat.

Dengan sistem yang makin canggih ini, wajar kalau Jabarano semakin siap ekspansi ke lebih banyak kota dan bahkan ke luar negeri. Konstruksi cepat, kontrol penuh, hasil maksimal.